Minggu, 11 November 2012

Kisah Tante Girang Depok

Rekan-Rekan berada dalam artikel : Kisah Tante Girang Depok
selamat membaca dan menikmati semoga bisa
menambah semangat sobat2 menghadapi hari demi hari....

Untuk sementara waktu artikel tentang : Kisah Tante Girang Depok
sedang kami edit ulang untuk kepuasan smua pengunjuang blog.
setelah lengkap dan akurat segera kami posting kembali
artikelnya, trims sebelumnya

Untuk pengganti sementara artikel yang sobat2 cari, admin ganti
dengan cerita plus dibawah ini ya...
semoga ceritanya bisa menghibur sobat-sobat...


Gairah Siswi Magang

Dulu aku sempat bekerja di sebuah perusahaan swasta nasional yang bergerak di
bidang automotive di daerah Bekasi. Ditempat itu, sebut saja PT. BT, jumlah
karyawannya cukup banyak. Tapi bukan itu yang menyebabkan aku menurunkan tulisan
ini. Selain karyawan, disana terdapat beberapa siswi yang sedang melakukan PKL.
Diantara siswi tersebut, salah satu diantaranya, telah membuat aku seperti
kembali merasakan cinta (yang dulu pernah hilang bersama Galuh). Siswi tersebut,
kita sebut saja namanya Muti, diperbantukan di departemen Personalia, sedangkan
aku, bekerja di departemen PPIC.

Sebenernya ruang kerja kami agak berjauhan, tetapi karena sama-sama mengerjakan
jenis pekerjaan yang menyangkut dengan data, maka setiap hari, kami selalu
bertemu ditempat foto copy. Awalnya sih, aku hanya sekedar mengagumi
kecantikannya, karena dengan hidung yang bangir, bentuk bibir yang sensual,
dihiasi lesung pipit di kedua pipinya, membuat semua yang ada didirinya terlihat
sempurna. Hari demi hari kami terlihat semakin akrab, bahkan banyak teman-temanku
yang menyangka kalau aku sedang PDKT dengannya. Semua anggapan temanku, tidak
terlalu aku pikirkan, karena aku merasa, Muti disini sedang belajar dan
mengerjakan tugas yang diberikan oleh sekolahnya, dan sebagai seorang karyawan
di PT. BT, aku hanya sekedar membimbing dan membantu, jika seandainya ada
sesuatu hal yang dia belum mengerti. Hampir dua minggu aku mengenalnya, ternyata
sikap dan kelakuannya semakin membuat aku terpesona.

Ketika aku mendengar gurauan salah seorang temanku, yang mengatakan kalau dia
berani memberi Rp. 500.000,- kepada Muti, jika Muti mau menemaninya selama 2 jam,
perasaanku malah semakin care sama si Muti. Timbul perasaaan cemburu ketika
mendengar gurauan itu. Namun aku tidak berani untuk mengungkapkannya, karena
saat itu diantara aku dan Muti, tidak mempunyai hubungan yang terlalu istimewa.
Akupun merasa wajar, jika temanku berkata demikian, karena dengan wajah secantik
itu, jika memang Muti memanfaatkan tubuhnya, mungkin harganya bisa diatas Rp.
350.000, per dua jam (harga tersebut diatas, adalah harga rata-rata seorang
massage girl yang sudah dianggap cantik).

Suatu ketika, bersama seorang temannya yang bernama Emma, Muti menuju meja
kerjaku, awalnya sih bertanya tentang sesuatu yang ada hubungannya dengan
keperluannya, mungkin karena merasa sudah akrab, Muti juga bertanya tentang no.
HP ku, alasannya sih biar gampang saja, kalau nanti dia mau nanya sesuatu.
Sambil tetap memperhatikan monitor, aku menyebutkan satu persatu nomernya.
Ketika mereka ikut memperhatikan cara kerjaku, tiba-tiba, “buukkk..” tanpa
sengaja, tangan Emma menyenggol buku yang aku simpan disisi meja. Aku langsung
mengambil bukunya dengan cara berjongkok. Alamak.. ketika berjongkok, tanpa
sengaja sudut mataku melihat sesuatu yang sangat indah, dua pasang paha mulus
terpampang didepan wajahku.

Bukan hanya itu, karena posisi kaki Muti ketika duduk, agak mengangkang, maka
ketika ku perhatikan, dipangkal pahanya terlihat pemandangan yang cukup
menggelitik kelelakianku. Ku lihat dia memakai CD berwarna Pink, dengan hiasan
renda di sisinya. Mungkin karena mereka terlalu fokus memperhatikan hasil
pekerjaanku, mereka tidak menyadari (atau memang sengaja?) kalau di bawah meja,
aku sedang menikmati apa yang seharusnya mereka tutupi. Karena takut mengundang
kecurigaan dari teman sekerjaku, terpaksa aku kembali duduk dan menerangkan
tentang cara kerja di PT. BT kepada Muti dan Emma. Namun kejadian yang baru saja
aku alami, tetap mengganggu pikiranku. Mungkin karena aku tidak konsentrasi
dengan apa yang sedang kami bicarakan, Muti bertanya.

“Pak, kok kadang-kadang ngejelasinnya tidak nyambung sih..”. Sebenarnya aku malu
mendapat pernyataan seperti itu, namun karena merasa sudah akrab, aku berbisik
kepada Muti dan menceritakan kejadian yang sebenarnya. Bukannya malu, Muti malah
tersenyum mendengarnya.

“Kenapa tidak disentuh saja Pak, biar tidak penasaran”, goda Muti. Emma yang
tidak tahu apa-apa, hanya bengong mendengar pembicaraan kami. Sebagai seorang
lelaki, mendengar penawaran Muti, aku malah berpikir yang tidak-tidak, dan
membayangkan apa yang ada dibalik CD nya itu. Namun semuanya berusaha aku redam,
karena walau bagaimanapun, di PT. BT ini, aku harus JAIM (Jaga Imej), agar aku
tidak mendapatkan masalah. Bel istirahatpun berbunyi, dan kami langsung menuju
kantin untuk makan siang. Baru saja aku selesai makan, Muti mendekatiku dan
berbisik “besok Bapak saya tunggu di Hero sekitar jam 09.00 pagi, ada yang ingin
saya bicarakan, saya tunggu didepan ATM”. Walau singkat, tapi tetap membuatku
bertanya-tanya, sebenarnya apa-yang akan dibicarakan? Mengapa waktunya hari
sabtu, padahal kan setiap hari sabtu PT. BT libur.

Mengapa dia berbisik sangat pelan kepadaku, apa takut terdengar yang lainnya?.
Besoknya, dengan tetap berpakaian rapi (seperti jika mau berangkat kerja), aku
mengeluarkan motorku dan beralasan lembur kepada kedua orang tuaku. Menunggu
adalah hal yang sangat membosankan, karena sampai di Hero, jam baru menunjukkan
angka 07.30, Setelah mencari sarapan, sambil ngerokok, aku iseng-iseng ikut
ngantri ATM, padahal cuma mau liat saldo doang, karena uang yang ada di dompetku,
masih ada sekitar Rp. 400.000,-. Dari jauh, aku sudah tahu kalau gadis yang
menuju kearahku adalah si Muti, dan pagi ini, dia terlihat sangat sexy, karena
Muti hanya mengenakan kaos dan celana jeans ketat.

“Udah lama ya Pak? Kan Muti janjinya jam 09.00, sekarang baru jam 08.45, Muti
tidak salah khan?”, “Jangan panggil aku Bapak dech Mut, aku kan belum nikah, dan
ini bukan di kantor, panggil namaku saja dech, biar bisa lebih akrab”.

“Ok deh Pak, eh Fik”, sambil tersenyum Muti langsung menggandeng tanganku.

“Fik, enaknya kita ke mana yach”, tanya Muti.

“Terserah, emang mau ngomongin apaan, kayaknya pribadi banget”.

“Ngga juga, Muti seneng saja kalau deket ama Fik, kenapa ya?” “Mau tahu
jawabannya”, candaku.

“Ngga usah Fik, Muti juga udah tahu, Muti rasa Muti menyukai Fik”, jawab Muti
polos. Tanpa disadari, mungkin karena saking senengnya, aku yang sejak awal
memang mengagumi Muti, langsung memeluknya. Mendapat perlakuan begitu, Muti
mencoba melepaskannya, dan mengingatkan, kalau kita masih ada dilokasi umum,
tidak enak terlihat banyak orang. Akhirnya kami memutuskan mencari tempat yang
cocok untuk berduaan. Tapi karena yang aku tahu cuma hotel tempat satu-satunya
yang cocok untuk berduaan tanpa takut terlihat orang lain, walau terlihat agak
ragu, Muti akhirnya menyanggupinya. Sekitar jam 09.30, kami sudah sampai di
front office hotel BI, dan mengambil sebuah kamar dengan fasilitas TV dan AC.
Dengan agak ragu Muti memasuki pintu kamar (mungkin karena baru pertama kalinya),
dan dia agak terkejut melihat fasilitas yang terdapat di dalamnya. Apalagi
ketika dia melihat kamar mandinya.

“Enak juga ya Fik, kita bisa ngobrol berduaan disini, tanpa takut akan terdengar
atau terlihat oleh orang lain”. Muti langsung merebahkan badannya ke ranjang,
dan mencari siaran TV yang khusus menyiarkan acara musik. Kebetulan banget
lagunya adalah lagu-lagu romantis, yang secara tidak langsung, ikut mempengaruhi
suasana hati kami. Lewat aiphone, aku memesan makanan dan soft drink. Ketika aku
menyalakan rokok, terdengar suara room boy mengetuk pintu dan mengantarkan
pesananku. Aku mendekati Muti yang sedang rebahan, maksudnya sih mau nawarin
makanan, tapi Muti langsung bangun dan bertanya.

“Fik, apakah Muti salah bila Muti mencintai Fik, Muti sebenernya malu
mengakuinya, tapi bila tidak diungkapkan, Muti takut kalau Fik tidak mengetahui
apa sebenernya yang Muti harapkan. Maafin Muti yach, Muti udah ngerepotin Fik,
padahal kan sekarang waktunya libur dan istirahat, tapi Muti malah meminta Fik
menemui Muti”. Aku terharu juga mendengar kejujuran dan kepolosannya, akhirnya
setelah mendengarkan semua tentang apa yang ada dihatinya, sambil membelai
rambutnya (agar perasaannya menjadi lebih tenang), aku pun berusaha
meyakinkannya, bahwa semua yang dialami, adalah wajar, jika seseorang mencintai
lawan jenisnya, dan tidak ada yang namanya salah, jika sudah menyangkut perasaan
hati.

Ketika dia menatapku dengan tatapan yang tajam, secara perlahan aku mencium
keningnya. Tapi ternyata, yang kulakukan itu malah membuat Muti berani untuk
membalas ciumanku. Dia langsung melumat bibirku, dan seperti seseorang yang
tidak mau kehilangan sesuatu, dia memelukku dengan erat sekali. Sambil terus
menikmati bibirku, tangannya terus mengelus dan mengusap seluruh bagian tubuhku.
Mungkin beginilah cara dia mengungkapkan rasa sayangnya terhadap diriku. Tapi
sekarang aku yang bingung, karena dengan melihatnya bentuk tubuhnya saja (waktu
di kantor), bisa membuat aku “konak”, sekarang seluruh tubuhnya sudah melekat
erat ditubuhku (walau masih memakai pakaian lengkap).

Kedua payudaranya terasa makin mengeras, akhirnya kuputuskan untuk menikmati
keadaan ini, karena jujur saja, kadang-kadang, dulu akupun sering menghayalkan
betapa nikmatnya jika bercumbu dengan si Muti, apalagi jika berjalan di
belakangnya, goyangan pantatnya ngajakin kita jual tanah (maksudnya ntar duitnya
buat ngebayarin pantatnya, he.. he.. he..). tanganku mulai berusaha membuka
kaosnya, karena aku tidak mau pandanganku yang tertuju kepada kedua payudaranya,
terhalang oleh kaos yang ia kenakan. Pelan namun pasti, akhirnya bukan hanya
kaosnya yang berhasil aku buka, BH nya pun sudah aku lepaskan. Sejenak aku
terpana melihat keindahan bentuk payudaranya itu, namun hanya sebentar, karena
aku ingin segera menikmati dan merasakan keindahan itu, kuremas kedua susunya,
dengan mesra aku mulai menghisap putingnya yang sudah agak mengeras dan berwarna
kecoklatan. Kucium dan kujilati bagian tubuhnya, mulai dari leher, terus
bergerak turun dan menuju putingnya kembali.

“Yaa.. hisap terus sayaangg.. aacchh.. ennaakk banget Fik.. geli.. tapi nick..maaattt..
teeeruuus.. aaccchhh..” Muti terus meracau menikmatinya. Aku terus merangsangnya,
dan mencoba membuka celana jeans yang dipakainya, lantaran jeans yang
dikenakannya sangat ketat, aku kesulitan untuk membukanya, untungnya Muti
mengerti, dengan agak mengangkat pantatnya, dia mulai mencoba menurunkan
jeansnya sendiri. Dengan sabar, aku menunggu dan terus mempermainkan susunya.
Setelah jeansnya terlepas, tangan Muti berusaha untuk membuka semua yang aku
kenakan. Satu persatu jari tangannya membuka kancing kemejaku, dan setelah
berhasil membuka baju dan celana yang aku pakai, Muti hanya menyisakan CD saja
yang masih melekat ditubuhku.

Mungkin dia masih ragu untuk membukanya, karena diapun masih mengenakan CD.
Walau diwajahnya terlihat, kalau dia sedang diamuk birahi, namun dia masih bisa
menguasai pikirannya, aku yakin dia merasa takut di cap sebagai cewe yang
agresif dan takut jika aku tidak menyukai tindakannya. Namun aku tetap menikmati
suasana yang terjadi di dalam kamar hotel ini. Aku terus merangsang birahinya,
ciumanku aku arahkan kedaerah perutnya, terus kebawah menyusuri lubang pusarnya,
dan kedua tanganku, bergerak untuk membuka CD yang masih melekat ditubuhnya.

Secara perlahan aku mencoba membuka CD nya, sambil terus mencumbunya, aku
menciumi setiap daerah yang baru telihat ketika CD nya mulai bergerak turun.
Muti sangat menikmati semua sentuhan yang aku berikan, bahkan ketika CD nya
telah terlepas, dan aku mulai menjilati memeknya, dia terus mendesah dan malah
membuka pahanya lebar-lebar agar lidahku bisa menjilati bagian dalam memeknya.
Dengan keharuman yang khas, memek itu telah membuat aku betah berlama-lama
mencumbuinya. Aku terus menjilati, dan dengan jari telunjukku, aku coba
merangsang dia dengan memainkan kelentitnya. Semakin aku percepat memainkan jari
telunjukku, semakin cepat pula dia menggoyangkan pantatnya. Muti terus mendesah
dan meracau tak karuan.

“Aacchhhh.. terus sayang.. nikmatnya.. teruzzsss.. lebih ke dalam lagi Fik..
teruuzzss.. yacchhh.. benar.. jilati terus yang.. itu.. sayang.. accchhh”.
Karena rangsangan yang dia terima makin hebat, pantatnya bukan hanya digoyang-goyangkan,
tapi malah diangkat-angkat ke atas, mungkin tujuannya agar lubang memeknya yang
lebih dalam ikut tersentuh oleh lidahku. Dengan bantuan jari-jariku, aku terus
mengaduk-aduk isi memek Muti, aku sentuh G-Spotnya secara perlahan, dia langsung
menggelinjang, lalu kuelus G-Spotnya nya dengan jari tengahku, Muti makin liar,
seperti orang yang sedang ngigau, dia meracau tak karuan, tak jelas suara apa
yang keluar dari mulutnya, karena yang aku tahu, lubang memeknya sudah sangat
basah oleh cairan kemaluannya, seluruh tubuhnya seperti menegang, tapi itu tak
berlangsung lama, karena, dirinya langsung terdiam dan tergolek dengan lemas.

Melihat Muti sudah mencapai orgasme, aku berusaha untuk tenang, tetapi kontolku
sudah sangat tegang (walau masih tertutup oleh CD) dan ingin segera merasakan
nikmatnya memek Muti. Aku segera mencium dan menjilati “lubang surga” itu, agar
Muti bisa merasakan apa yang namanya multi orgasme. Usahaku ternyata berhasil,
karena hanya dalam beberapa menit, tubuhnya kembali bergetar dan menegang.
Diiringi desahannya yang sangat menggairahkan, Muti kembali merasakan kenikmatan
itu. Karena beberapa kali mengalami orgasme, Muti terlihat sangat lelah, meski
tak dikemukakan, terlihat jelas bahwa dia sangat puas dengan oral yang aku
lakukan.

Dengan tersenyum, dia mencoba untuk melepaskan CD yang masih melekat ditubuhku.
Tanpa ragu, dia mulai menjilat dan mengulum kontolku. Mendapat perlakuan seperti
itu, aku yang semula mendominasi permainan, hanya diam saja menikmati permainan
Muti. Dengan bibir indahnya, dia mengulum dan mengeluar masukan kontolku ke
dalam mulutnya, dan sesekali, dengan menggunakan kelembutan lidahnya, dia
mengusap dan menjilat kepala kontolku. Gila.. ternyata Muti bukan hanya indah
buat dilihat, ternyata Muti mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam
merangsang dan memanjakan kita dalam permainan seksnya.

Aku berusaha agar tidak sampai kebobolan ketika dia melakukan oral terhadapku,
namun kenyataannya, semua spermaku telah memenuhi mulutnya, ketika secara reflek,
aku menjambak rambut dan menarik kepalanya sambil mendesah menahan kenikmatan
saat spermaku akan keluar. Tanpa perasaan jijik, Muti menelan semua sperma yang
ada di dalam mulutnya, seperti tidak puas, dia menjilati kontolku yang masih ada
sisa-sisa spermanya.

“Fik, enak juga ya rasa sperma lo, gurih-gurih gimana gitu..”, kata Muti memuji.
Aku hanya tertawa sebentar mendengarnya, karena bola mataku tetap memandang
lekuk-lekuk tubuh Muti yang telanjang tanpa sehelai benangpun menutupinya.
Kuperhatikan lagi “lembah” yang dihiasi oleh bulu-bulu halus itu, ternyata,
warnanya agak memerah, mungkin karena tergesek oleh lidah dan jari-jariku.

“Makasih ya Mut..”, kataku sambil menciumi memeknya.

“Fik, boleh tidak kalau Muti minta memek Muti di jilatin lagi, abis enak banget
sih..”, tanya Muti sambil memohon.

“Boleh saja sih, tapi boleh tidak kalau Fik ngentot Muti, soalnya kontol Fik
udah tidak kuat nich, pengen buru-buru berada di dalam memek Muti. Boleh yach?”
“Muti takut Fik, kata temen-temen Muti, rasanya sakit banget, tidak mau ah..
ntar kalau sakit gimana?”, tolak Muti.

“Pokoknya Muti rasain saja nanti, Fik apa temen Muti yang salah”, kataku sambil
mulai menjilati memek Muti. Dengan melebarkan pahanya, dan mempergunakan kedua
tangannya, Muti membantu melebarkan memeknya agar mempermudah ku di dalam
mencumbui memeknya. Kujilati klitnya hingga dia menggelinjang tak karuan menahan
rasa nikmat yang dia terima. Sengaja aku terus menjilati klitnya, agar dia
diamuk oleh gairahnya sendiri, ketika kulihat tubuhnya mulai menegang, dan
mengalami orgasme, entah untuk yang keberapa kali, aku langsung memindahkan
cumbuanku kedaerah putingnya yang sudah sangat kencang. Kuciumi bagian bawah
susunya, kusedot dan kumainkan lidahku di daerah tersebut.

“Fik.. enak sekali sayang.. acchhh.. ooohhhh..” Muti menggelepar menahan
birahinya yang semakin besar. Kulihat jari lentik Muti mulai bermain dibibir
kemaluannya sendiri, dia terus mengelus, dan sekali-sekali memasukan jarinya ke
dalam lubang memeknya yang sudah sangat basah karena banyaknya cairan pelicin
yang keluar dari dalam memeknya memeknya. Sambil tetap membenamkan wajahku
diantara dua gunungnya, tanganku secara perlahan menarik tangan Muti yang sedang
asik mengeluar masukan jarinya.

Awalnya dia menolak, tapi ketika aku bimbing jarinya kearah kontolku, Muti
langsung menggenggam dan mengocoknya. Setelah agak lama, aku meminta Muti agar
dia berada diatas tubuhku yang sudah dalam posisi berbaring. Dengan perlahan,
dia menaiki tubuhku. Sengaja aku menggesek-gesekan kontolku diantara lubang
memeknya, ternyata benar, apa yang aku lakukan telah membuat kenikmatan yang
dirasakan oleh Muti makin menjadi-jadi, diapun mulai bergerak menggesekan
kontolku ke bagian luar memeknya.

Akhirnya, walau dengan posisi berada di bawah, tanpa sepengetahuan Muti, aku
berusaha mengarahkan kontolku agar bisa memasuki lubang memeknya. Muti terus
menggerakkan dan menggesekan memeknya, dan tanpa disadarinya, ternyata kepala
kontolku mulai bergerak memasuki memeknya ketika dia menggerakan pantatnya dari
atas ke bawah.

Terasa lembut sekali ketika kepala kontolku menyentuh bagian dalam dari lubang
surganya, ada perasaan nikmat yang sulit untuk diungkapkan, dan tanpa terasa,
sudah seluruh bagian kontolku berada di dalamnya. Seperti kesetanan, Muti terus
menggoyangkan pantatnya, sesekali terdengar rintihan dan erangannya. Akupun
terus mengeluar masukan kontolku ke dalam lubang memeknya (walau agak sulit
karena posisiku berada di bawah).

Secara reflek Muti langsung merebahkan tubuhnya diatas tubuhku ketika dia sudah
mencapai orgasmenya. Namun karena aku belum orgasme, aku langsung membalikan
badannya agar berada di bawah tubuhku. Dengan sedikit santai, aku terus
menggerakan “junior”ku, namun karena tubuh Muti yang bersih dan terawat,
birahiku tidak bisa mengerti jika aku ingin lebih lama menikmati kemulusan
tubuhnya. Akhirnya spermaku keluar di dalam kehangatan lubang memeknya.


JANGAN LUPA BACA BACA ARTIKEL DIBAWAH INI YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA SERU SERU LO...  DIJAMIN FRESH DAN SEMANGAT LAGI SOB...

7 komentar:

  1. Obat Penggugur kandungan,, Nice bag you can earn money from that
    Thanks for your posting
    Visit me @, Obat Aborsi,,
    Jual Obat Aborsi,

    BalasHapus