Minggu, 11 November 2012

Kisah Tante Girang mandi

Rekan-Rekan berada dalam artikel : Kisah Tante Girang mandi
selamat membaca dan menikmati semoga bisa
menambah semangat sobat2 menghadapi hari demi hari....

Untuk sementara waktu artikel tentang : Kisah Tante Girang mandi
sedang kami edit ulang untuk kepuasan smua pengunjuang blog.
setelah lengkap dan akurat segera kami posting kembali
artikelnya, trims sebelumnya

Untuk pengganti sementara artikel yang sobat2 cari, admin ganti
dengan cerita plus dibawah ini ya...
semoga ceritanya bisa menghibur sobat-sobat...


Konspirasi Dengan Adik Laki-Laki

Kulit Ratna putih, halus dan lembut: layaknya gadis keturunan pada umumnya.
Wajahnya tidak seberapa cantik: polos dan berkacamata. Seorang mahasiswi yang
cerdas dan rajin — typical seorang gadis nerd. Tidak ada yang istimewa dari
Ratna — tubuhnya kurus, dada dan pantat yang relatif kecil, selain itu —
orangnya juga alim dan sopan.

Ratna yang saat ini sedang menempuh kuliah di salah satu universitas swasta di
kota S tinggal bersama ci Donna yang menyewakan salah satu dari 2 kamarnya yang
kosong kepada Ratna. Penampilan ci Donna berbeda sekali dengan Ratna: di usianya
yang hampir 30, ci Donna boleh dibilang sangat pandai merawat tubuhnya — kulit
putih halus dengan ukuran toket sedang: 34. Parasnya cantik, rambut panjang
bergelombang.

Rupanya, ci Donna yang sudah lama tidak merasakan belaian pria — menyimpan;
lebih tepatnya menimbun libido yang secara perlahan-lahan telah menggerogoti
moralnya (walaupun belum sampai mengenai akal sehatnya). Selama ditinggalkan
kekasihnya sejak 7 tahun yang lalu, ia sering merasa kesepian — tak jarang ia
berusaha memuaskan dirinya sendiri dengan berbagai peralatan dan VCD yang
disewanya / dibeli melalui pembantunya, karena ia sendiri sebenarnya malu kalau
harus terang-terangan membeli atau menyewa benda-benda seperti itu.

Demikian pula untuk bermain dengan pria yang tidak dikenal, ci Donna menganggap
mereka tidak bersih sehingga ia takut untuk berhubungan badan dengan mereka.
Namun demikian, ini tidak mengurangi fantasi ci Donna dalam membayangkan bentuk
seks yang diinginkannya. Bahkan sejak 2 tahun yang lalu, ia juga mulai tertarik
untuk melakukan hubungan seks dengan sesamanya. Ini dapat dilihat dari reaksinya
terhadap Ratna sehari-hari, tak jarang ia menelan air ludah dan menjilati kedua
bibirnya apabila melihat Ratna mengenakan kaos ketat apabila ia ke kampus.
Padahal, bentuk tubuh Ratna begitu biasa — apalagi apabila dibandingkan dengan
dirinya sendiri yg jauh lebih seksi.

Apa yang dilihat pada diri Ratna adalah dirinya sendiri 10 tahun silam; ketika
ia masih berada di awal-awal usia 20 tahun: alim dan rajin — namun begitu naif.
Ci Donna sendiri bertekad untuk memberinya ‘pelajaran’ suatu saat. Namun —
sesudah agak lama tinggal bersama Ratna, barulah Ci Donna mengetahui bahwa ia
sudah tidak perawan lagi: ketika ia masih SMP dulu — pacarnya sendiri
memperkosanya dan sejak saat itu, Ratna begitu minder dan seringkali menhindar
dari pergaulan sekitarnya, hingga saat ia kuliah. Ci Donna mengetahui hal ini
dari Ratna sendiri yang memandang Ci Donna sebagai wanita yang sabar, bijaksana
dan dewasa.

Pucuk dicinta ulam tiba, seminggu yang lalu — adik ci Donna yang laki-laki tiba
dan hendak menginap untuk satu bulan karena suatu urusan. ‘Sekali tepuk 2 lalat’
— inilah yang ada dalam pikiran ci Donna melihat adiknya sendiri dan Ratna.

Suatu sore sejak 3 hari kedatangan adiknya — Ci Donna sudah mempersiapkan
rencana yang baik: pertama adiknya, kemudian Ratna. Biasanya, Ratna tiba di kos
pukul 19:00 dan ia hendak memulai rencananya itu pukul 18:30 dengan melakukan ‘pemanasan’
terhadap adiknya. Pukul 18:30, Donna memanggil adiknya untuk masuk ke kamarnya.
Tanpa berprasangka apa-apa, adiknya masuk ke kamarnya. Dilihatnya Ci Donna yang
mengenakan celana pendek jins ketat dan kaos tanpa lengan yang ketat pula — ia
sedang menghadap ke cermin dan mengikat rambutnya yang bergelombang halus itu.

Melihat bayangan adiknya di cermin, Ci Donna tersenyum dan berkata: “Masuk saja,
cici cuman sebentar koq.” Diam-2, adiknya memperhatikan cicinya dan berpikir: “Cantik
juga, walaupun sudah kepala tiga. Badannya juga begitu padat dan seksi..” Ci
Donna yang mengerti bahwa dirinya sedang diperhatikan adiknya sendiri hanya
tersenyum simpul — tiba2 ia berdiri, mendekati adiknya dan menggandeng tangannya.
Adiknya kaget sekali namun ia tidak berkata apa2. Ci Donna membimbing adiknya
menuju sebuah pintu sambil sesekali melirik ke belakang dan tersenyum simpul ke
arah adiknya.

Ci Donna membuka pintu kamar tersebut dan menyalakan lampunya. Ternyata, apa
yang dilihat adiknya adalah sesuatu yang menakjubkan namun juga membuatnya
sedikit shock: sebuah kamar yang cukup luas — dengan seluruh dinding ditutupi
bahan kedap suara berwarna pink. Ranjang yang terletak di tengah ruangan, sebuah
TV lengkap dengan stereo-setnya yang mewah: juga 3 teve hitam-putih kecil yang
menampakkan situasi di ruang tamu, kamar Ratna dan kamarnya sendiri.

Namun yang membuatnya begitu kaget dan sedikit takut adalah koleksi VCD, video
dan DVD porno yang berserakan di lantai. Berbagai alat bantu seksual, dan sebuah
manekin lengkap dengan penis palsunya segala. Tahulah ia apa yang diinginkan
dari cicinya — tanpa disadarinya, Ci Donna sudah mengunci pintu kamar dan mulai
melepaskan pakaiannya satu persatu. Namun ia berhenti sampai pakaian dalam saja.
Jadilah Ci Donna hanya mengenakan bra dan celana-dalam warna hitam, ia berdiri
begitu seksi dan menggoda dengan rambutnya terikat (untuk memudahkannya saat
permainan nanti, begitulah yang ada di pikiran Ci Donna). “Sudahlah, kamu
menurut saja — toh kamu disini hanya sebulan. Masa kamu tidak kasihan sama cici
yg sudah lama tidak merasakan hangatnya tubuh pria ?”

Adiknya masih ragu. Ci Donna tahu ini — dan tanpa membuang banyak waktu, ia
segera maju ke depan membuka celana pendek adiknya dengan mudah (entah bagaimana,
adiknya tidak mampu melawan cicinya sendiri). Mulailah ia mengoral batang
kemaluan adiknya itu. Ci Donna mempercepat gerakan mengocoknya dengan tangan
kanan, dia menengadah dan menatap wajah adiknya dengan tatapan tajam penuh
birahi — ia mendesis sambil berkata: “Sss…. awas kalau kamu berani keluar
sebelum aku. Lebih baik kamu cari kos lain saja, meskipun kamu adikku !”

Sesudah berkata demikian, ci Donna memasukkan seluruh batang kemaluan adiknya ke
dalam mulutnya. Ia menggerakkan kepalanya maju mundur — membuat batang kemaluan
adiknya keluar-masuk dengan sangat cepat. Adik ci Donna hanya dapat mengerang
nikmat mendapat perlakuan seperti itu dari cicinya yang ternyata sangat
berpengalaman dalam hal memuaskan pasangan mainnya, ia berusaha sekuat tenaga
untuk tidak mengecewakan cicinya. Di tengah-tengah permainan, Ci Donna
melepaskan branya dengan tangan kirinya yang masih bebas. Diliriknya teve hitam
putih yg secara rahasia memonitor kamar Ratna. Ternyata ia baru saja datang, dan
waktu menunjukan pukul 18:55. Tepatlah perhitungannya: adiknya yang nafsunya
sedang menanjak pasti akan mau diajaknya berkompromi.

Ci Donna menghentikan oralnya, dan tahulah ia bahwa adiknya agak kecewa. “Tunggu
sebentar — aku ada tugas buat kamu: bawalah Ratna ke kamar ini.” Adiknya
mengerti apa yang diinginkan ci Donna. Sementara adiknya pergi memanggil Ratna —
ia segera mematikan monitor2-nya, melepas celana dalamnya yang sedikit basah dan
bersembunyi di sebelah pintu. Begitu adiknya masuk bersama Ratna — ia segera
mengunci kamarnya lagi dan mendorong Ratna hingga jatuh ke ranjang. Ratna yang
bertubuh kurus dan lelah sehabis kuliah tidak dapat memberikan perlawanan yang
berarti terhadap perlakuan Ci Donna yang begitu tiba2 tersebut. Ci Donna
melucuti kaos ketat yang dikenakan Ratna dengan buas.

“Kyaaaaa…..!!!” Ratna menjerit, namun percuma karena ruangan tersebut kedap
suara. Adik Ci Donna hanya diam saja karena shock melihat keganasan cicinya —
apalagi dengan sesama jenis ! Ci Donna telah sampai pada branya. Dengan kasar,
ia merenggut bra Ratna dan melemparkannya ke lantai. Ci Donna melihat sepasang
toket Ratna yang kecil. “Seharusnya kamu tidak usah pakai bra sama sekali. Toh
tidak memberi perbedaan yang berarti…” Ci Donna melanjutkan dengan melepas
kancing celana jins Ratna dan membuka ritsluitngnya dan melepaskannya.

“Pahamu putih dan mulus juga yah…” Terakhir, Ci Donna menurunkan celana dalam
Ratna. Ratna tak dapat berbuat apa-apa terhadap Ci Donna yang terus
menggerayangi tubuhnya dan sesekali menciuminya. Tiba-tiba Ci Donna berdiri dan
berjalan menuju lemari. Diambilnya sebuah penis palsu (dildo) dan semacam lotion.
Ia mengolesi dildonya dengan lotion tersebut dan memberikannya kepada adiknya, “Kamu
pakai juga. Aku tidak mau dia berteriak-teriak kesakitan.” Adik Ci Donna menurut
— ia melepas seluruh pakaiannya dan mulai mengolesi batang kemaluannya dengan
lotion yang diberikan cicinya.

“Jangan ci… saya takut.” Ratna yang sudah lemas berkata dengan penuh kekuatiran,
melihat ci Donna mengenakan penis palsu (dildo) bergerigi dengan ukuran yang
cukup mengerikan seperti mengenakan celana dalam. Ci Donna dengan cepat bergerak
ke arah Ratna. “Diam. Mana lotionnya.” Sesudah mendapatkan lotion, ia mulai
mengolesi dinding vagina Ratna sambil berkata: “Kamu jangan takut, percaya sama
cici saja. Sesudah itu, ia membalikkan tubuh Ratna dan melumasi lubang pantatnya
pula.

“Ayo — kamu lubang yang satunya !!” ci Donna memerintahkan adiknya untuk
mengentot Ratna yang malang di lubang anusnya. Adiknya menurut, ia berpindah —
duduk di atas ranjang. Ci Donna memapah tubuh Ratna dengan lembut dan
menempatkannya di atas adiknya. Ratna yang tidak berdaya hanya dapat memandang
sorot mata penuh nafsu ci Donna yang sedari tadi sibuk mengatur posisi dan
membantu adiknya memasukkan batang kemaluannya ke dalam lubang anus Ratna. Bles
! Batang kemaluan adik ci Donna akhirnya berhasil masuk ke dalam anus Ratna yang
sudah tidak keruan bentuknya karena sedari tadi diobok-obok oleh ci Donna.

Rasa sakit bercampur nikmat membuat Ratna membelalakkan matanya, ia membuka
mulutnya dan merintih “Aaa…” Ci Donna membaringkan Ratna dari posisi terduduk
menjadi terlentang dengan adiknya di bawahnya (dan batang kemaluannya yang sudah
menancap ke dalam lubang anus Ratna). “Ratna, aku yakin kamu akan menyukai ini
dan pasti ketagihan sesudah ini.” Ci Donna memasukkan dildo-nya ke dalam lubang
kemaluan Ratna.

Ratna yang berada di tengah dengan keadaan tak berdaya, berusaha menahan nikmat
bercampur nyeri di lubang kemaluan yang sudah dihujami dildo dari ci Donna —
serta batang kemaluan adik ci Donna yang menancap di lubang anusnya. Mulailah
ranjang bergoyang… mulanya perlahan, namun semakin lama semakin cepat… demikian
pula dengan rintihan-rintihan Ratna… “Aaa… aaa…” Ratna masih mengenakan kaca
mata minusnya ketika permainan ini dimulai.

Ci Donna tertawa melihat Ratna berusaha bertahan: “Jangan ditahan dan jangan
dilawan Ratna — nikmati saja, sayang !!” Perlahan-lahan rintihan Ratna mulai
berubah menjadi jeritan nikmat penuh birahi… “Ah… ah.. yesss… mmmhh… MMMM…
AAAHHH….” Kenikmatan disetubuhi di kedua lubangnya secara bersamaan membuat
Ratna kehilangan kendali. Ratna yang sopan dan alim perlahan larut… perlahan
berubah menjadi Ratna yang liar, sifat liar yang seakan ditularkan dari ci Donna
— meracuni pikiran Ratna yang semula begitu bersih dan polos. “Yah… teruskan !!
LEBIH CEPAT LAGI CI DONNA… !! AA… AAAAA…. MMMHHH… MMM…”

Ratna menggenggam seprei ranjang dengan sangat kuat, keringat meluncur deras
dari sekujur tubuhnya — membuat kulitnya tampak mengkilat di bawah cahaya lampu.
Hal ini membuat Ci Donna semakin bernafsu mempercepat gerakan pinggulnya. Ratna
semakin menikmatinya — ia memejamkan matanya sambil memegang rambut ci Donna. “AGH….
Enak sekali… Ci… aa… aku.. belum pernah…. uuuh…. senikmat ini…” Adik Ci Donna
menganal lubang pantat Ratna sambil meremas-remas kedua toket Ratna dari
belakang, walaupun ukuran toket Ratna relatif kecil — namun ini tidak mengurangi
rangsangan demi rangsangan yg diterimanya. “Auuh… ah..” mulut Ratna menganga dan
mengeluarkan teriakan-teriakan yg semakin tdk jelas. Tubuhnya pun mulai menegang;
tahulah Ci Donna bahwa “anak didiknya” saat ini hampir mencapai puncak
kenikmatan.

Ci Donna mengurangi kecepatan bermainnya dan mengubah gerakan maju-mundurnya
menjadi gerakan mengaduk dengan menggoyangkan pinggulnya. Ratna secara alami
mengikuti gerakan Ci Donna dengan menyesuaikan gerakan pinggulnya. Hal ini
justru menambah kenikmatan bagi Ratna. Sampai akhirnya — tubuh Ratna benar-benar
menegang dan Ratna melepaskan teriakan yang cukup panjang dan memenuhi seluruh
ruangan kedap suara tersebut. Sesudah itu, teriakan berhenti dan seluruh ruangan
menjadi sepi. Ci Donna mencabut dildo dari lubang vagina Ratna, ternyata dildo
tersebut sudah ditutupi cairan kental dan bahkan saat Ci Donna menariknya keluar
— ada sebagian dari cairan tersebut menetes dan adapula yang masih merekat
antara dinding vagina Ratna dengan dildo Ci Donna.

Adik Ci Donna juga mencabut dildonya dari lubang anus Ratna dan merebahkan Ratna
yang sudah lemas di ranjang. Ratna masih memejamkan kedua matanya — Ci Donna
melepas kacamata Ratna yang masih dikenakannya dan meletakkannya di meja yg
terletak di tepi ranjang. “Lain kali, kalau mau main — jangan lupa lepas dulu
kacamatanya…” Ci Donna tersenyum dan mencium Ratna, kemudian ia melepaskan
dildonya dan menggelatakannya begitu saja di lantai. Ia memandang adiknya dan
berkata: “Kamu jangan bengong saja, kamu masih punya tugas satu lagi.” Sesudah
berkata demikian, ia duduk di lantai — melebarkan kedua pahanya: mengarahkan
lubang vaginanya yang sudah basah ke arah adiknya.

Kemudian ia menunjuk ke arah vaginanya: “Ayo: gunakan lidahmu.” Adiknya mengerti
apa yg harus dilakukan. Ia menjilat-jilat lubang kemaluan ci Donna dengan hati-hati.
Keenakan,c ci Donna memejamkan matanya — nafasnya tak beraturan: desahan-
desahan nikmat meluncur keluar tak terkontrol dari mulutnya. Ia menjambak rambut
adiknya dan menekan-nekan wajah adiknya itu ke lubang vaginanya: “Errghh….
aaaghh… niiikkkmmaaatt sekkaallii… ssss….!!” Ci Donna benar-benar menikmati
setiap hisapan dan jilatan yang diberikan adiknya ke liang kewanitaannya, namun
di tengah ambang sadar dan tidak — Donna ingat bahwa ia tidak ingin mencapai
orgasme dengan cara seperti ini. “Aah… tunggu say — bee… berhentii duluu.. mmmh…
sekarang giliran… cici ngerjain punya kamuuu…”

Adik Ci Donna menurut dan berhenti. Ci Donna bergerak kemudian berjongkok
membelakangi adiknya, sekarang ia dalam keadaan berjongkok menghadap pantat
adiknya. Adiknya agak kebingungan dengan tingkah laku cicinya. Namun Donna cuek
saja: tangan kirinya ia lewatkan di antara kaki adiknya, dan dengan tangannya
itu ia mencengkeram buah pelir adiknya dengan halus dan mulai memijat- mijatnya.
“Tenang saja, sayang – kujamin kamu akan suka sekali…” Ci Donna tersenyum penuh
nafsu, dan dengan tangan kiri masih memegang buah pelir adiknya — ia mengangkat
telapak tangannya, menghadapkannya ke arah wajahnya — dan meludahi tangannya
sendiri kemudian mengerut-ngerutkan tangannya.

Kemudian ia melingkarkan tangan kanannya dari pinggang sebelah kanan adiknya —
langsung menuju ke arah kontol adiknya. Dan mulailah ia mengocok-ngocoknya
batang kemaluan adiknya itu dengan tangan kanannya yang sudah dilumasi air
ludahnya sendiri. “Aaaghh… duh, enak sekali ci…” Ci Donna meneruskan gerakan
tangannya sampai ia merasa batang kemaluan adiknya sudah cukup keras. Sesudah
itu, ia membalikan badannya dan mengambil posisi nungging di lantai. Tahulah
adik ci Donna apa yang diinginkan cicinya ini. Ia juga mengatur posisi di
belakang cicinya: “Awas ya — pokoknya aku nggak mau anal. Maenin lubangku yang
biasa aja.” Adiknya menurut, dan permainan dimulai.

Adik ci Donna memulai gerakannya dengan perlahan, “Mmm… masih kurang, lagi dong
!” Gerakan dipercepat, Ci Donna memejamkan matanya keenakan. Ia menambah
kenikmatan dengan menggesek-gesek klit-nya sendiri, dengan sebelumnya membasahi
jari-jarinya dengan cara mengulumnya sendiri. “Uuuaah…. enaaakk sayaang… Mmmh…”
Permainan ini berlangsung agak lama sampai ci Donna minta ganti posisi lagi.
Kali ini ia ingin disetubuhi dengan posisi tubuh menyamping. Ci Donna
menyampingkan tubuhnya yang seksi dan sudah mandi keringat tadi ke arah kanan,
sementara adik Ci Donna mengangkat paha mulus cicinya sebelah kanan dan
menyandarkannya ke bahu sebelah kirinya.

Dengan demikian, ia dengan leluasa dapat memasukkan batang kemaluannya ke lubang
ci Donna. Ia mulai bergerak maju mundur, “Aaahh… mmm….” Untuk sekedar menambah
kenikmatan, ia mengarahkan tangan kanannya ke arah pantatnya sendiri dan
menggerakan jari tengahnya keluar- masuk lubang pantatnya. “Kyyaaaaaahh….
uuuuhhhh……” Tubuh ci Donna terus bergoyang-goyang — toketnya pun bergerak naik
turun tak beraturan mengkuti irama tubuhnya. Adik ci Donna yg sedari tadi
bergitu terangsang dengan gerakan toket cicinya sendiri itu sudah tak tahan lagi,
ia memajukan tangan kanannya guna meremas toket kanan cicinya itu. “Oh — susumu
begitu empuk ci…” Ci Donna hanya tersenyum, ia mencabut tangannya dari lubang
pantatnya — dan ikut meremas toketnya bersama-sama dengan tangan adiknya itu.
Permainan terus berlangsung, Ci Donna merasakan tubuhnya sendiri mulai menegang
— ia sendiri sudah tidak mampu berpikir jernih lagi.

Hanya kenikmatan yang dirasakan sekujur tubuhnya sekarang. “AAAAHHH…..
AAAAKKUUUU…. MMMH…” Keluarlah Ci Donna, mencapai orgasme yang diidam-idamkannya
dalam posisi menyamping. Tercapailah segala keinginannya selama ini.

Demikian pula adik ci Donna, ia segera berdiri karena sudah tidak tahan lagi,
dan ci Donna mengetahui hal ini — karena ia sudah berhasil meraih orgasme, maka
ia berniat membantu adiknya untuk mengeluarkan seluruh peju yang sangat ia
inginkan itu. Ci Donna berjongkok, tersenyum menggoda ke arah adiknya dan mulai
mengocok batak kemaluan adiknya “Nah, sekarang cici ingin merasakan nikmatnya
cairan kejantananmu. Ayo sayang… keluarkan — jangan ragu… ayo !” Ci Donna
memainkan batang kemaluan adiknya naik turun dengan gerakan memutar sambil
sesekali menjilat pangkal kemaluan adiknya. “Aih… masih belum keluar juga…
sebentar..” Sambil mengocok batang kemaluan adiknya dengan menggunakan tangan
kanannya, ci Donna memijat buah pelir adiknya. “Ah… ci.. aku mau keluar nih..
!!” Ci Donna langsung mengarahkan ujung batang kemaluan adiknya ke arah mulutnya,
menyambut cairan peju yang segera muncrat masuk ke dalam mulutnya.

Ratna yang sedari tadi tergeletak lemas berusaha bangkit dan merangkak menuju ci
Donna dan adiknya. “Ci Donna… saya juga mau…”, kata Ratna sambil menunjuk ke
arah mulutnya sendiri. Tetes peju terakhir sudah habis meluncur turun ke dalam
mulut ci Donna yang seksi. Ci Donna menelan sedikit peju adiknya dan menahan
sisanya di dalam mulutnya. Ia tersenyum dengan mulut belepotan peju adiknya,
membelai Ratna, kemudian membaringkannya, dan meletakkan kepala Ratna di
pangkuannya. Ratna yang sudah lemas hanya menurut seperti anak kecil. Dengan
gerakan yang lembut, ci Donna menyentuh bibir Ratna dan menggerakannya ke bawah
dengan jari telunjuknya.

Ratna mengerti apa yang dimaksud ci Donna, ia membuka mulutnya. Bibirnya
bergetar. Ci Donna kembali tersenyum — ia mengarahkan mulutnya tepat di atas
bibir Ratna yang sudah merekah, kemudian membuka dan memuntahkan peju lengket
yang sudah bercampur dengan air liur ci Donna, turun memasuki mulut Ratna.

Peju dalam mulut ci Donna sudah habis dipindahkan ke dalam mulut Ratna. Ci Donna
tersenyum lebar dengan sedikit sisa peju bercampur liur pekat yang menetes dari
ujung bibirnya.

Kembali, dengan gerakan lembut — ci Donna memberi isyarat kepada Ratna untuk
menutup mulutnya. Ratna menuruti dan tersenyum bersamaan dengan ci Donna. “Nah,
aku tidak pernah pelit kepada gadis manis seperti kamu. Ambillah bagianmu dan
nikmatilah.” Ratna menelan peju yang sudah diberikan ci Donna kepadanya. “Terima
kasih ci..” Kemudian ia bangkit dan duduk — Ratna menyentuh wajah ci Donna
dengan lembut. Ratna kembali membuka mulutnya, bergerak maju ke arah bibir ci
Donna sambil menjulurkan lidahnya. Ci Donna yang mengerti maksud Ratna segera
menyambut ciuman Ratna dengan menjulurkan lidahnya pula. Mereka berciuman sampai
lama — dan saling menjilati sisa-sisa peju hingga bersih.

Sejak saat itu, kehidupan ci Donna dan Ratna selalui dipenuhi dengan petualangan:
hampir setiap bulan Ratna ‘menjebak’ teman kuliahnya — entah itu pria atau
wanita. Mungkin dalam kesempatan lain, Ratna dapat membagi kisah petualangannya
disini…



JANGAN LUPA BACA BACA ARTIKEL DIBAWAH INI YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA SERU SERU LO...  DIJAMIN FRESH DAN SEMANGAT LAGI SOB...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar