Minggu, 11 November 2012

Kisah Tante Girang pesta seks

Rekan-Rekan berada dalam artikel : Kisah Tante Girang pesta seks
selamat membaca dan menikmati semoga bisa
menambah semangat sobat2 menghadapi hari demi hari....

Untuk sementara waktu artikel tentang : Kisah Tante Girang pesta seks
sedang kami edit ulang untuk kepuasan smua pengunjuang blog.
setelah lengkap dan akurat segera kami posting kembali
artikelnya, trims sebelumnya

Untuk pengganti sementara artikel yang sobat2 cari, admin ganti
dengan cerita plus dibawah ini ya...
semoga ceritanya bisa menghibur sobat-sobat...


Malangnya Nasibku

Hari itu sudah jam 8 malam, dan saya masih sibuk mengetik proposal boss saya.
Belakangan ini kantor konsultan asing di mana saya bekerja sebagai sekretaris
memang sedang sibuk-sibuknya. Banyak perusahaan lokal yang meminta jasa kami
dalam mereorganisasi perusahaan mereka.

Boss saya adalah seorang expatriat warga negara Perancis. Dia adalah seorang
pria bujangan berusia sekitar 33 tahun yang sangat tampan. Dandanannya selalu
rapi dan wangi. Hampir semua teman-teman wanita sekantor terpikat oleh pria ini.
Saya sangat beruntung menjadi sekretarisnya, karena selain boss saya indah
dipandang, dia juga seorang boss yang baik terhadap bawahannya.

Di sela-sela kesibukan mengetik proposal boss saya untuk besok hari, sesekali
saya layangkan pandangan ke ruang tengah yang masih benderang. Di sana terdapat
Mr. Maurice (boss saya), Mrs. Elisabeth dari Philipinnes, Bapak Edwin dan Mr.
Gregory dari England. Rupanya mereka masih membicarakan rapat untuk besok hari.

Bapak Edwin katanya baru bercerai dengan istrinya. Heran saya, bagaimana istri
tolol itu dapat meninggalkan sang officer muda yang sedemikian tampan dan cerdas.
Saya sih mau mau saja menjadi istri pria Sunda itu. Dia terkadang tersenyum pada
saya, tapi saya menganggap senyuman ramah dari seorang atasan untuk bawahannya.

Hhmm.., tampan sekali Mr. Maurice malam itu, Bapak Edwin juga sangat tampan.
Kalau Mr. Gregory sudah tua, apalagi dia berjenggot, bikin muak saja. Ha ha ha..
Kadang saya suka membayangkan bercinta dengan Mr. Maurice sampai suka basah
sendiri celana dalam saya. Beruntung sekali istrinya yang mendapat suami tampan
seperti itu.

Satu jam berlalu, terlihat Mrs. Elisabeth meninggalkan ruangan untuk pulang.
Begitu pula Mr. Gregory. Tinggal Mr. Maurice dan Bapak Edwin yang masih terlihat
serius berdiskusi. Proposal yang saya buat pun sudah selesai, sekarang tinggal
menge-print-nya. Sambil menunggu selesainya hasil print, saya membuka kancing
kemeja. Saya elus-elus sendiri buah dada saya di balik kemeja biru yang saya
pakai hari itu. Entah kenapa hari itu libido saya meninggi. Saya pejamkan mata
sambil menaikkan kaki saya ke atas meja dan menyelipkan tangan kanan saya ke
dalam celana dalam. Ah.., enak sekali.

Saya bayangkan Mr. Maurice lah yang sedang mengusap-usap puting payudara dan
klitoris saya. Ohh.., nikmat sekali. Sesekali saya masukkan kedua jari ke dalam
lubang vagina, dan saya rasakan kontraksi nikmat dari kedua paha. Saya pencet-pencet
sendiri ujung puting saya yang menimbulkan saraf-saraf otak saya semakin
meninggi. Saya goyangkan pinggul saya di atas kursi untuk mengimbangi kenikmatan
masturbasi yang sedang merajai tubuh ini.

Tiba-tiba saya tersadar bahwa printer telah selesai bekerja, dan saya buka mata
untuk melihatnya. Hati saya terperanjat sekali ketika mendapati Mr. Maurice dan
Bapak Edwin sedang terpana melihat diri saya. Entah kapan mereka masuk ke dalam
ruangan saya. Ah..! Malu sekali rasanya. Wajah saya merah membara dan segera
saya rapikan kemeja dan rok pendek saya sambil mengambil proposal yang baru
selesai diprint.

Tiba-tiba Mr. Maurice memeluk dari belakang, dengan tangannya yang kekar dia
berusaha menolehkan wajah saya. Bibir saya dilumatnya dengan kasar. Saya
tersentak dan berusaha melawan. Pada saat itu juga Bapak Edwin memegangi kedua
tangan saya, membuat saya semakin memberontak ketakutan. Saya menjerit minta
tolong, tapi saya sadar bahwa hanya kami sendiri yang ada di lantai 8 ini.
Security ada di hall bawah tidak akan dapat mendengar jeritan saya.

Mr. Maurice menutupi mulut saya dengan tangannya, dan dengan bantuan Bapak Edwin,
mereka menyeret saya ke sofa di ruangan Mr. Maurice. Rontahan saya sia-sia saja.
Tangan Bapak Edwin sedemikian keras memegangi pergelangan saya, sampai sakit
rasanya. Mr. Maurice kemudian membuka paksa kemeja saya sampai beberapa
kancingnya copot, kemudian dia menurunkan BH saya, dan tanpa ragu-ragu melumat
puting payudara saya.

Oohh.., saya tidak tahu apa yang saya rasakan. Antara rasa marah, kesal, benci,
juga rasa nikmat bercampur aduk. Puting saya dipermainkan oleh lidah bulenya
yang lebar dan panas. Ah.., membuat saya terpejam-pejam menahan nikmat.
Sementara itu mulut saya dicium secara ganas oleh Pak Edwin.

Pak Edwin kemudian menggunakan kemeja satin saya untuk mengikat kedua
pergelangan tangan saya di sofa. Jilatan mulut Mr. Maurice sudah turun sampai ke
vagina. Saya meronta-rontakan kaki saya dengan sepenuh tenaga, namun saya tidak
berdaya melawan desakan tangannya membuka kedua paha.

Sekarang kedua dengkulnya menindihi kaki saya. Saya lihat dia mulai membuka
celana panjangnya. Tidak lama kemudian terbukalah batang kemaluan besar miliknya
yang sudah sedemikian tegang dan memerah. Pak Edwin juga sudah mengeluarkan
penisnya yang panjang dan besar, dia paksakan senjatanya memasuki mulut saya.

“Pak Edwin..! Jangan Pak..!” saya merintih penuh iba.
Namun Pak Edwin tidak mendengarkan ocehan saya. Batang kemaluannya yang besar
segera memenuhi mulut hingga tenggorokan. Agak susah bernapas jadinya. Pantatnya
dimaju-mundurkan, membuat mulut saya tersedak-sedak oleh penis panjangnya. Di
bagian bawah saya rasakan sebuah benda tumpul yang besar dan panas memasuki
vagina dengan paksa. Ouughh..! Besar sekali, agak susah masuknya. Saya sudah
tidak dapat menjerit karena mulut saya sibuk dengan batang kemaluan Pak Edwin.

Walaupun saya mencoba terus meronta, namun sebenarnya saya sangat menikmati
perbuatan kasar kedua atasan saya itu. Tangan Mr. Maurice memegangi paha saya
lebar-lebar dan menancapkan batang besarnya secara cepat dan berulang-ulang.
Saya merintih sakit bercampur nikmat setiap kali ujung kemaluannya menyentuh
liang peranakan saya.

“Ohh.., oh.. ah..! Ampun Mister.., please stop it..! You hurt me..!” saya
berusaha menjerit di antara batang kemaluan Pak Edwin yang keluar masuk mulut
saya dengan cepat.
Mereka menikmati posisi itu selama 5 menitan, kemudian Mr. Maurice mengambil
inisiatif untuk menunggingkan posisi saya. Tangan saya yang masih terikat di
pinggir sofa. Saya agak terpelintir ketika dengan paksa dia menarik pantat saya
dalam posisi dogie style. Sekali lagi dia memperkosa dari belakang. Batang
kejantanannya terasa lebih besar dengan posisi ini.

Tidak terasa vagina saya menjadi basah karena sebenarnya saya pun menikmati
permainan ini. Mulut saya mulai merintih-rintih nikmat.
“Oh God..! Ssshh..! Ahh..! Ooh..! Sshh..!” desah saya tidak ragu lagi.
Saya merasakan kenikmatan yang sangat dengan posisi itu, apalagi Pak Edwin
sekarang mengulum puting payudara saya yang tergantung ke bawah sambil meremas-remasnya.

Giginya yang rapi sesekali menggigit halus puting saya, membuat saya serasa di
awang-awang.
“Oh Yeaahh.., sshh.. oh..!”
Saya goyang-goyangkan pinggul untuk mengimbangi hempasan pinggul Mr. Maurice.
Sesekali dia menampar pantat saya yang menungging ke arahnya dengan keras. Ah..!
Nikmat sekali tamparan itu.

Pak Edwin rupanya tidak sabar ingin merasakan lubang kenikmatan saya. Dengan
kasar dia membuka ikatan di pergelangan tangan, dan kemudian Mr. Maurice duduk
di sofa. Pak Edwin mendorong tubuh saya untuk naik ke pangkuan Mr. Maurice
sambil menghadap ke sofa. Sambil mencekram tengkuk saya, Pak Edwin meraih vagina
saya dari pantat yang membuat saya dalam posisi menungging. Mr. Maurice di depan
dan Pak Edwin di belakang. Saya hanya tersanggah oleh kedua dengkul yang
terlipat di atas sofa.

Mereka kemudian memasukkan batang kemaluannya di vagina dan lubang pantat saya.
“Oohh..!” saya menjerit panjang ketika batang kemaluan Pak Edwin memasuki lubang
pantat saya dari belakang.
Sakit, tapi saraf-saraf pinggul sangat terangsang oleh tusukannya. Sementara itu
penis Mr. Maurice sudah kembali memasuki lubang kemaluan saya. Nikmat sekali
rasanya digauli oleh kedua pria ini, baru sekarang inilah saya rasakan dua
batang kemaluan memasuki tubuh ini sekaligus dari depan dan belakang.

Mulut Mr. Maurice menghisap-hisap puting payudara saya dengan kasar sambil terus
menusukkan penis raksasanya. Pak Edwin menjambak rambut saya dari belakang
sambil terus menghela batang kejantanannya keluar masuk lubang pantat. Saya
meremas rambut pirang Mr. Maurice karena tidak tahan oleh kenikmatan yang saya
rasakan. Dari mulut saya keluar desisan-desisan nikmat. Begitu pula saya dengar
deruhan napas pendek dan tidak beraturan dari Pak Edwin yang membuat saya juga
semakin bernafsu.

Keduanya menggauli saya dengan semakin cepat dan semakin panas, seperti sedang
mengejar sesuatu. Akhirnya pertahanan kemaluan Mr. Maurice pecah, dan kedua
tangannya menekan bahu saya ke bawah untuk memaksakan batang penisnya tetap di
dalam liang kewanitaan saya ketika air maninya keluar. Oooh.., saya merasakan
semprotan air maninya di dalam liang peranakan saya. Mr. Maurice mengerang kuat
dengan mata terpejam dan merenggut rambut saya ke kanan dan ke kiri.

Sementara itu Pak Edwin sudah hampir mencapai puncak kenikmatannya! Helaan
pantatnya semakin cepat, dan akhirnya ditumpahkan air maninya di dalam pantat
saya sambil mengerang dan mencakari punggung ini. Baru kali ini saya merasakan
semburan sperma di lubang pantat saya, sungguh nikmat.

Bagian bawah pinggul saya basah kuyup oleh keringat dan air mani kedua pria
tampan itu. Pak Edwin menghempaskan dirinya di sofa, di sisi Mr. Maurice yang
masih merasakan dirinya berada di langit ketujuh menikmati orgasmenya. Mereka
kemudian memeluk dan menciumi saya dengan sangat lembut dan mesra, sambil
meminta maaf atas perbuatan mereka itu. Saya pun mengakui kepada mereka bahwa
saya sebenarnya sangat menikmati ‘perkosaan’ itu.

Kejadian malam itu tidak berhenti sampai disitu, karena sejak malam itu kami
melakukan perbuatan ‘two in one’ itu secara berulang-ulang. Dan saya mulai
dijadikan sebagai pemuas dan sarana pelampiasan nafsu mereka. Herannya saya
menikmatinya hingga sekarang. Liburan musim panas kemarin, kami menghabiskan
satu minggu di Ubud Bali hanya untuk memuaskan nafsu birahi kami bertiga. Itulah
pengalaman saya bersama atasan saya di kantor yang berakhir dengan kegiatan yang
berjalan dengan rutin.



JANGAN LUPA BACA BACA ARTIKEL DIBAWAH INI YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA SERU SERU LO...  DIJAMIN FRESH DAN SEMANGAT LAGI SOB...

2 komentar: