Minggu, 11 November 2012

Toket Kisah Tante Girang

Rekan-Rekan berada dalam artikel : Toket Kisah Tante Girang
selamat membaca dan menikmati semoga bisa
menambah semangat sobat2 menghadapi hari demi hari....

Untuk sementara waktu artikel tentang : Toket Kisah Tante Girang
sedang kami edit ulang untuk kepuasan smua pengunjuang blog.
setelah lengkap dan akurat segera kami posting kembali
artikelnya, trims sebelumnya

Untuk pengganti sementara artikel yang sobat2 cari, admin ganti
dengan cerita plus dibawah ini ya...
semoga ceritanya bisa menghibur sobat-sobat...


Jenuh Membawa Nikmat

Namaku Erick (bukan nama asli), sebelumnya aku terima kasih atas dimuatnya
ceritaku beberapa waktu yang lalu, kali ini aku akan menuliskan pengalamanku
lagi, yang mana itu terjadi baru kemarin malam. Oh ya satu hal lagi, saya minta
maaf kalo seandainya kalimat-kalimat yang saya sajikan kurang beraturan.
Maklumlah, bukan pujangga.

Rabu, 25 April 2001, kira-kira pukul 07:00 malam, saat itu aku lagi lembur di
kantor. Jenuh dengan keadaan, akhirnya aku keluar kantor dulu sebentar, ya
sekedar cari angin atau kasarnya cuci mata kali ya. Akhirnya mobil kuparkirkan
di pelantara pusat pertokoan yang ada di tengah-tengah kota kembang. Wahh, seger
juga nih, jadi tidak BT lagi. Sambil berjalan menelusuri trotoar, aku melihat
beberapa produk yang dipajang di etalase, secara kebetulan, mataku tertuju ke
stan penjualan produk alat-alat kosmetik. Mataku tidak lepas memandang sosok
tubuh yang rasanya seperti kukenal. Dengan ragu-ragu aku hampiri juga stan
kosmetik itu. Tidak jauh dari stan itu, aku diam dulu beberapa saat sambil
memeperhatikan sosok tubuh yang rasanya kukenal.

Setelah yakin kalau sosok tubuh itu adalah orang yang kukenal, dengan hati
berdebar kupanggil namanya.”Wi..! Kamu Dewi khan..?” kataku sambil menunjuk ke
arahnya.Sosok tubuh yang kupanggil namanya merasa kaget juga mendengar
panggilanku. Untuk beberapa saat dia memandang ke wajahku sambil mengernyitkan
keningnya. Dalam hati mungkin dia sedang mengingat-ngingat, yang pada akhirnya.”Erick..?
Kamu Erick..?” katanya dengan wajah yang agak keheranan.
“Yup..! kirain udah lupa, Wi..,” kataku sambil menyodorkan tanganku.”Ya nggak
akan lupa dong Rick, gimana kabarnya..?” katanya sambil menyambut uluran
tanganku.”Baek-baek Wi. Kau sendiri gimana..?” kataku.”Baek juga Rick..,” ucap
Dewi sambil menyibakkan rambutnya yang panjang sebahu.

Perlu diketahui, Dewi (bukan nama sebenarnya) ini adalah teman SMA saya dulu,
orang tuanya tingal di Jakarta. Di kota kembang ini dia tinggal dengan kakaknya
yang kebetulan mereka ini bisa disebut anak kost. Dewi punya perawakan lumayan
tinggi, dengan tubuh yang cukup ideal (di mataku), hidung yang mancung, dan buah
dadanya yang lumayan juga ukurannya. Kami mengobrol bermacam-macam, tentang
seputar masa SMA dulu. Tidak terasa, jam sudah menunjukkan pukul 09:00malam, dan
pada jam itu dia akan pulang. Dengan penuh keyakinan, kutawarkan dia untuk
pulang sama-sama, karena kebetulan dia pulangnya sendiri.

Sebelum aku mengantar dia ke tempat kostnya, aku ajak dia untuk makan dulu. Dia
menerima tawaranku, setelah itu baru kuantar dia ke tempat kostnya.”Ke dalem
dulu Rick..!” katanya.
“Makasih Wi.., lain kali aja deh.., lagian khan ada Kakakmu..!” kataku sambil
memperhatikan jamku, yang mana pada waktu itu menunjukkan pukul 22:30.”Kakakku
lagi ke Jakarta Rick.., Aku cuma sendirian disini. Ayo dong Rick..! Masuk dulu..,”
pintanya merajuk.Akhirnya aku masuk juga ke dalam, “Bentar aja ya Wi.., Aku ada
kerjaan nih di kantor, mana mata udah ngantuk, cape lagi..,” kataku sambil
tanganku memijit pundakku sendiri karena pegal.Dewi menganngguk sambil tersenyum,
kemudian dia menuju ke belakang untuk mengambil minuman.

“Santai aja dulu Rick.., Aku mo mandi dulu ya, gerah nih..!” katanya sambil
menyodorkan minuman untukku.Lalu aku duduk di kursi dekat tempat tidurnya.”Lama
juga nih mandinya. Dasar perempuan..!” aku menggerutu dalam hati.Kemudian aku
berdiri sebentar, karena pegel juga kalau duduk terus. Akhirnya aku rebahan juga
di tempat tidurnya, cape sekali badanku rasanya. Kemudian kulihat Dewi keluar
dari kamar mandi. Dia hanya memakai celana pendek dengan t-shirt warna putih.
Rambutnya basah, mungkin habis keramas. Kemudian dia duduk di depan meja riasnya
sambil mengeringkan rambutnya.

“Muka Kamu kok keliatan cape Rick..?” kata Dewi membuyarkan lamunanku.”Iya nih
Wi.., Aku cape banget hari ini, mana kerjaan masih banyak.” ketusku.”Ya udah,
istirahat aja dulu. Santai aja.., Aku pijitin, mau nggak..?” kata Dewi sambil
melangkah ke arahku.”Bener nih, mau mijitin..?” kataku setengah tidak percaya.”Masa
Aku boong Rick. Ya udah.., Kamu tengkurap aja.. Terus buka dulu kemeja Kamu
dengan kaosdalamnya.” katanya.Bagai kerbau dicocok hidung, aku menurut saja,
terus kutelungkup, lalu Dewi mulai memijitiku, mulai dari pundak terus ke
punggung. Pijatannya lembut sekali, rasa lelah dan kantukku mulai hilang, malah
yang ada sekarang darahku justru mengalir begitu cepat. Batang
kemaluankuperlahan-lahan mulai tegang, aku jadi salah tingkah. Sepertinya Dewi
melihat perubahan sikapku.

“Rick..! Balikin badan Kamu.., biar Aku pijit juga bagian depannya.” katanya
lembut.
Aku agak ragu juga, pasalnya aku takut kemaluanku yang sudah tegang takut
kelihatan, ditambah nafasku yang sudah tidak beraturan. Tetapi akhirnya
kubalikkan juga badanku. Kemudian Dewi menduduki badanku. Kaget juga aku melihat
dia, karena posisi dia sekarang menduduki badanku, pantatnya tepat di atas
kemaluanku. Aku pura-pura meram saja, sambil kadang-kadang memicingkan mataku,
jadi salah tingkah aku pada waktu itu.

Seksi juga ni orang, atau karena pikiranku yang sudah dirasuki nafsu birahi,
batinku berkecamuk. Aku mulai berpikir, apa yang harus kulakukan. Tangan Dewi
dengan begiru halusnya mengusap-ngusap dadaku yang kadang-kadang dia cubit
puting susuku, aku malah menggelinjang kegelian, pikiranku sudah gelap oleh
nafsu. Dengan agak ragu kupegang kedua telapak tangannya yang sedang memijat
dadaku.”Kenapa Rick..?” tanya Dewi sambil tersenyum.Aku tidak menjawab
pertanyaannya, kemudian kucium telapak tangannya, lalu kutarik tangannya yang
mana otomatis badannya mengikuti, sehingga badannya jadi

agak terdorong ke depan.

Wajahku dengan wajahnya dekat sekali, sampai nafasnya menerpa wajahku. Lalu
kupegang kedua pipinya, dengan perlahan kudekatkan wajahnya ke wajahku, lalu
kucium bibirnya dengan lembut. Kemudian kujulurkan lidahku menelusuri rongga
mulutnya. Dewi agak melenguh, lalu Dewi mulai membalas ciumanku, lama-lama
ciuman kami makin lama makin buas saja, nafas kami sudah tidakberaturan. Sambil
tetapi berciuman, tanganku turun ke bawah, lalu kumasukkan ke bagian

belakangkaosnya, lalu kutarik kaosnya ke atas. Dewi mengerti akan hal ini,
kemudian dia tegakkan badannya, lalu dia buka sendiri t-shirtnya, lalu dengan
sambil tersenyum dia buka sendiri BH-nya.

Setelah terbuka, yang kusaksikan adalah sepasang dua bukit yang kembar, walaupun
tidak terlalu besar tetapi kencang sekali, dengan putting yang sangat menantang.
Dengan posisi Dewi masih di atas perutku, aku segera bangkit. Kulumat putingnya
silih berganti, Dewi melenguh tanda menikmatinya.”Ooohhh Erick.., sshhh..,”
desahnya sambil mendongakkan kepalanya ke belakang, dengan tangan melingkar di
leherku.Aku semakin bernafsu, lalu kurebahkan badannya, kemudian kulumat
bibirnya, lalu kulumat telingakirinyan. Kemudian aku turun menelusuri lehernya,
kulumat putting susunya yang tampak menawan, kadang aku meremas kedua bukit yang
indah itu. Puas dengan itu lumatanku mulai turun ke bawah, aku jilat pusarnya,
kedua

tanganku mulai turun ke pangkal pahanya.

Dengan posisi masih menjilati pusarnya, tanganku membuka celana pendeknya, lalu
kuturunkan ke bawah. Secara naluriah dia ikut membantu menurunkan pula, maka
tingal celana dalamnya yang berwarna putih bersih yang masih menghinggapi
tubuhnya. Lalu kucium kemaluannya yang masih ditutupi CD-nya, dia melenguh hebat,
kemudian kubuka CD-nya. Aku beralih menjilati bibir kemaluannya. Dengan bantuan
kedua jariku, kusibakkan bibir kemaluannya itu, maka tampakbagian dalam yang
berwarna merah muda, dengan dihiasi klit-nya yang sudah membengkak.

Mungkin ini untuk yang kedua kalinya aku menjilati kemaluan perempuan. Ini yang
kusuka dari kemaluan Dewi, tidak berbau, mungkin tadi dia waktu mandi
membersihkannnya dengan sabun khusus.Lalu kujulurkan lidahku ke bagian klit-nya,
kugoyang-goyangkan lidahku.”Aaahhh.., Rickkk.., enak sekali Saayaang..!”
jeritnya sambil kedua tangannya menjambak rambutku.
Pedas juga rambutku. Aku masih saja asyik memainkan lidahku. Kadang sekali-sekali
kugigit bibir kemaluannya. Tidak berapa lama, tubuh Dewi mengejang, kepalaku
makin ditekan oleh tangannya ke dalam kemaluannya.”Eeerriiccckkk.., aakkhhh..,
nikmat sekali Sayang..!” katanya sambil memejamkan matanya, tandamerasakan
kenikmatan yang tiada taranya.

Aku masih saja asyik melumat habis kemaluannya yang merah merekah.”Udahhh Rick..,
udah dulu Sayang..!” katanya sambil menarik kepalaku ke atas, kemudian dia cium
bibirku dengan ganas sekali.Lalu tubuhku dia balikkan, dia berada di atasku
sekarang. Dia condongkan badannya, kemudiandia mencium kembali bibirku, lalu
mencium leherku. Dia tegakkan badannya, dan dia geser sedikitke bawah. Sambil
tersenyum dia lalu membuka celana panjangku, kemudian dia buka celana dalamku,
maka mencuatlah adikku yang dari tadi sudah tegak bagai tugu monas. Dengan
lembut dia mengusap batang kemaluanku, jempolnya mengusap kepala kemaluanku.

“Aaakkhhh..,” aku hanya bisa mendesah kenikmatan.Perlahan dia tundukkan
kepalanya, lalu mulai menjilati kepala kemaluanku, kemudian dia masukkan batang
kejantananku ke mulutnya. Dia hisap dengan lembut. Aku hanya bisa merasakan
kenikmatan yang diberikan oleh permainan mulut Dewi.
“Aakkhhh Wi.., terus Wi..! Enak sekali Sayang..!” erangku.Mungkin karena dari
tadi aku sudah menahan nafsuku, akhirnya aku tidak kuat juga menahannya.”Wi..,
Aku mo keluar Wie..,” erangku.Dewi cuek saja, dia malah mempercepat frekwensi
hisapannya ke batang kemaluanku, yangpada akhirnya, “Aaakkhhh..,” bersamaan
dengan itu menyeburlah cairan spermaku ke mulutnya.

Keliatannya Dewi agak kaget juga, tetapi dia lalu menelan semua spermaku sampai
habis. Aku hanya mengerang kenikmatan. Setelah cairanku habis ditelannya,
kemudian Dewi lepaskan batang kejantananku dari mulutnya, dia tersenyum melihat
senjataku masih berdiri, walaupun sudah mengeluarkan laharnya. Dengan tersenyum
menahan birahi, dia mendekati wajahku. lalu mencium bibirku. Dengan posisi masih
di atas, tangannya kemudian memegang batang kemaluanku, lalu

dibimbingnya ke lubang senggamanya. Dengan sekali sentakan, batangku sudah masuk
seluruhnya.
“Uuuhhh.., sshhhh..!” Dewi melenguh kenikmatan sambil memejamkan matanya,
rambutnya tergerai, kepalanya diangkat mendongkak ke belakang.Diangkatnya
pantatnya perlahan, lalu diturunkannya perlahan. Aku membantunya dengan batang
kemaluanku.

Makin lama gerakan Dewi semakin cepat, aku juga semakin keras menekan batang
kemaluanku, tangaku menelusuri tubuhnya yang sudah penuh dengan keringat. Kadang
kuremas kedua bukit kembarnya, sekali-kali aku pelintir kedua puttingnya. Dewi
terus saja menggelinjangkan tubuhnya, kulihat Dewi meram melek juga dalam
malakukan gerakannya itu.
“Ooohhh.., Eerricckk..! Enak sekali Rick.., ssshhh..,” Dewi mendesis seperti
ular.
“Kamu cantik sekali Wi.., Aku sayang Kamu..!” kataku sambil menarik kepalanya
untuk mendekati wajahku.Lalu kucium bibirnya. Akibat gerakan-gerakan yang
dilakukan Dewi, akhirnya aku tidak kuat juga.”Aaahhh.., Wi, Aku hampir keluar
Sayangg..!” kataku.”Ssshhh.., aahh.., Aaaakuu juga Rick.., bentar lagi.., aakhh..
terus Sayanng.., terusss..!” ucap Dewi sambil terbata bata menahan nafsu.

Makin kupercepat tempo gerakanku, yang pada akhirnya aku sudah tidak kuat lagi.
Kurangkul tubuhnya erat-erat, tampaknya Dewi juga sudah pada klimaksnya, yang
akhirnya.”Aaahhh.., aakkhhh..,” kami keluar bersamaan disertai desahan yang
panjang.Kupeluk tubuh Dewi dengan erat, begitu juga dengan Dewi sambil menikmati
sensasi-sensai yang tidak bisa dibayangkan. Kemudian dengan posisi aku masih
duduk di kasur dan Dewi di atasnya, kami berciuman kembali. Lama sekali sambil
mengatakan kata-kata indah.”Terima kasih Wi.., Aku sayang Kamu..!” kataku sambil
mencium keningnya.”Aku sayang Kamu juga Rick..!” kata Dewi, yang kemudian kami
berciuman kembali.Lalu kurebahkan badanku dengan batang kemaluanku masih
menancap di liang senggamanya, akhirnya kami berdua tertidur lelap sekali.

Esok harinya baru kupulang, tapi sebelumnya aku antarkan dulu Dewi ke tempat
kerjanya sambilmemeberikan nomor teleponku. Kalau-kalau dia butuh aku, tinggal
menghubungi saja. Sesudah mengantar Dewi, aku langsung pulang, lalu pergi ke
kantor yang mana sudah tentu aku pasti kesiangan, dan kerjaanku yang belum beres.
JANGAN LUPA BACA BACA ARTIKEL DIBAWAH INI YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA SERU SERU LO...  DIJAMIN FRESH DAN SEMANGAT LAGI SOB...

1 komentar: